Kartun benny

Kamis, 24 Mei 2012

Kegagalan IPO Facebook Jadi Peringatan Awal Bagi Investor

Jakarta - Begitu banyak kekecewaan dan amarah mewarnai IPO Facebook sejak dibuka Jumat pekan lalu. Investor-investor kecil yang berharap bisa meraup pundi-pundi uang dari meroketnya harga saham FB, malah harus merugi.

Diperkirakan, total kerugian yang ditanggung para investor FB mencapai lebih dari US$ 600 juta. Seperti kebanyakan IPO belakangan ini, harga saham FB anjlok saat ditutup di perdagangan hari pertama.

Hari berikutnya, malah terus turun di bawah harga penawaran US$ 38. Kemarin, FB berhasil naik tipis dan ditutup di harga US$ 33, masih di bawah harga penawaran. Ini baru tahap awal dan bersiaplah untuk kemungkinan yang lebih buruk.

Menurut David Wessels, profesor finansial dari Wharton Business School, seperti dikutip dari CNN, Jumat (25/5/2012), investor yang tidak puas punya cukup banyak kesempatan untuk jual pada Jumat sore begitu isu teknis di Nasdaq terpecahkan. Mereka yang memutuskan untuk jual masih mendapat profit. Investor di IPO lain malah tidak pernah punya kesempatan untuk memperoleh kembali sejumlah yang sudah mereka taruh.


Contohnya PetroLogistisc, sebuah perusahaan yang memiliki pabrik pengolahan propana terbesar di dunia. Sahamnya mulai diperdagangkan di bawah harga penawaran di awal Mei. Hampir sebulan kemudian, harga sahamnya tak kunjung naik dan kembali ke level saat ditawarkan perdana ke publik.

"Jadi, kalau profit tidak dijamin, kenapa heboh-heboh membahas IPO Facebook? Tak lain karena seorang analis di Morgan Stanley – bank investasi yang menetapkan harga penawaran, merilis sebuah laporan perkiraan penurunan kinerja finansial Facebook beberapa saat sebelum penawaran dibuka," katanya.

Para pemegang saham marah besar karena laporan tersebut hanya diberikan kepada beberapa investor institusional pilihan, yang kemudian memutuskan mundur. Konsekuensinya, sebagian besar investor retail yang tidak tahu harus menanggung kerugian.

"Jika Anda merasa ini tidak adil, Anda tidak sendirian. Lagipula, mengapa Anda harus kalah?" katanya.

Setelah kehancuran dot-com: WorldCom dan Enron, Kongres memasukkan ketentuan di legislasi Sarbanes-Oxley yang banyak difitnah itu untuk menekan potensi konflik kepentingan. Rancangan Undang-Undang (RUU) itu disebut sebagai 'Tembok Cina' karena memisahkan komunikasi di antara analis riset bank investasi dan penjamin emisi.

Bulan lalu, RUU yang diajukan kedua partai dan dinamai JOBS Act membatalkan peraturan tersebut dan proteksi investor lain untuk perusahaan dengan pemasukan kurang dari US$ 1 milyar, dianggap sebagai perusahaan tumbuh berkembang. Sekali lagi, analis riset bisa berkomunikasi langsung dengan manajemen dan bila perlu, berbagi laporan baik maupun buruk.

Di bawah peraturan baru ini, tinggal tunggu waktunya saja sebelum analis muda melanggar batas dan menulis laporan etis yang bisa dipertanyakan. Mengenai Sarbanes-Oxley, peneliti di Universitas Cornell dan Dartmouth menemukan bahwa para analis yang berafiliasi dengan bank penjamin emisi dikabarkan membeli rating untuk mendongkrak saham-saham anjlok.

Lalu mereka hanya bisa melihat saham tersebut semakin anjlok setelah rating pembelian dikeluarkan. Ini sangat kontras dengan laporan yang ditulis oleh analis non-afiliasi, bahwa saham-saham meroket mengikuti rating pembelian. Perbedaan performa ini amat mengejutkan.

Supaya pasar bisa berfungsi secara efektif, para investor harus mempercayai informasi yang dilaporkan oleh perusahaan. Analis riset juga harus bisa bertindak independen. Investor harus ingat kalau saham apa pun bisa kehilangan nilai, tak peduli seberapa heboh pendapat mengenai perusahaan itu. Analis riset juga punya banyak bos, bukan hanya investor kecil di jalan.

Kongres harus menciptakan arena permainan dimana setiap investor punya hak yang sama terhadap akses sahamnya, bukan hanya mereka yang punya akses khusus. Facebook baru peringatan awal. Resiko sebenarnya berada di IPO-IPO lain yang terhitung jumlahnya dan tidak begitu mendapat sorotan seperti Facebook.

subyek : Manajemen, Pasar modal, Investasi
Sumber : http://finance.detik.com/read/2012/05/25/105606/1924509/6/kegagalan-ipo-facebook-jadi-peringatan-awal-bagi-investor

Tidak ada komentar: